Library Links

Thursday, February 12, 2015

Passion Tersendiri dalam Sebuah Pertunjukan Musik

Haloo.. Tulisan saya kali akan membahas sedikit tentang hobby saya. Jujur saja, saya paling malas jika ditanya tentang hobby. Paling untuk mengisi waktu luang saya hanya melakukan aktivitas anak-anak pada umumnya, semacam futsal lah, main PS lah, nongkrong, ngopi, dan sebagainya. Ah mainstream.

Namun, ada satu satu hal yang mungkin menjadi semacam passion saya sejak di bangku SMA yakni menonton pertunjukan musik atau lebih akrab nya adalah konser musik. Ya, melalui konser musik saya bersama teman-teman seakan mempunyai media tersendiri dalam menyalurkan tenaga yang berlebih. Konser musik nya pun bukan sekedar menonton musik-musik yang terkesan menye-menye. Bersama gerombolan teman-teman, saya biasa mendatangi konser musik yang terkesan underground pada waktu itu. Semacam musik ber-genre Hardcore, Post-Hardcore, Death Metal dan sebagainya. Pokoknya musik-musik keras. Bahkan presiden kita, Joko Widodo adalah seorang metalhead atau penggila musik-musik keras. Beliau sering hadir dalam event-event besar seperti Rock In Solo kemarin.
Mr. Jokowi at Rock In Solo

Mungkin sebagaian persepsi orang mengatakan,"ah musik apaan seperti itu? Nggak bisa dinikmati". Oke, mungkin memang  sulit untuk bisa dinikmati, namun apakah anda pernah googling tentang manfaat musik-musik beraliran cadas? Musik beraliran cadas seperti itu mempunyai beberapa manfaat, seperti memacu adrenalin, melatih kemampuan otak, dan bahkan menyehatkan. Bagaimana tidak, di setiap konser-konser musik cadas kita melakukan setiap gerakan, seperti moshing, headbang, dan berbagai gerakan yang bisa di bilang cukup brutal. Itu sudah cukup bisa dikatakan sebagai olahraga. Bahkan, yang saya suka ketika ber-moshing ria adalah ketika kita jatuh, maka setiap orang yang ada disitu akan menolong untuk membangunkannya kembali. Sungguh nilai kekerabatan yang luar biasa. Bahkan, sempat ada beberapa celetukan di media sosial bahwa "Laki-laki itu moshing, bukan dancing" celetukan yang sengaja diarahkan terhadap boyband-boyband yang marak kala itu.


Let's Mosh!
Sebagai seorang yang menyenangi dengan dunia konser musik atau biasa dikenal sebagai anak gigs, tidak selamanya saya hanya menonton saja. Pernah suatu ketika saya bersama teman-teman saya membuat semaca event pensi. Event tersebut bernama "The End Of My School". Semacam event akhir tahun dari sekolah. Awalnya memang tidak disetujui oleh pihak sekolah, namun kami memutuskan untuk tetap melanjutkan event tersebut. Acara tersebut berlangsung di Jogja National Museum (JNM). Band-band yang dihadirkan pun semua berasal dari kalangan underground. Something Wrong YKHC, Morning Horny, Attack The Headline adalah sedikit dari sederet nama-nama band yang berhasil kami datangkan.Alhasil, di luar ekspektasi, sekitar seribuan lebih kaula muda Jogja datang untuk meramaikan acara tersebut. JNM tumpah ruah. Namun ada hal yang sedikit unik, selepas acara sekitar pukul 23.00 acara tersebut "dicekal" oleh pihak kepolisian karena ada salah satu band yang yang menyanyikan lagu sindiran kepada pihak kepolisian. Tidak masalah. Kami sudah terbiasa akan hal ini.

The End Of My School


Panitia The End Of My School

Crowd The End Of My School

Guest Star
Pembawa Acara

Memang masa-masa SMA adalah masa yang paling memacu adrenalin, entah itu dari musik seperti itu atau apapun.

Dan seiring berjalannya usia pun, sedikit demi sedikit saya meninggalkan dunia tersebut. Tapi bukan berarti langsung meninggalkan dunia konser musik. Akan tetapi, lebih ke konser musik yang ber-genre "lembut". Semacam konser Payung Teduh, Banda Neira, dan band-band syahdu lainnya. Salah satunya saya saya juga sempat hadir di acara STOMPOUT 2014 kemarin, ketika itu 15 Maret 2014 di Purna Budaya UGM. Kala itu KOMAKO (Korps Mahasiswa Komunikasi) UGM menghadirkan band syahdu bernama Banda Neira.
STOMPOUT 2014

Dunia musik memang tidak ada habisnya jika dibahas, melalui musik kita bisa mengekspresikan perasaan semangat, bahagia, gelisah, apapun itu. Melalui musik pun kita juga bisa bebas berimajinasi.Jadi, sangatlah ironis jika sesorang hidup di dunia ini tanpa adanya lantunan nada-nada yang menghiasi hidup mereka :)



Thursday, February 5, 2015

Haruskah Ilmu Perpustakaan? Harus!

Ilmu Perpustakaan? Mendengar namanya saja orang sudah pasti akan mengernyitkan dahi. Bagaimana tidak, mungkin bagi mereka perpustakaan hanyalah sebuah gedung di atas lahan, yang terkesan tua, tragis, dan berbagai macam stigma negatif lainnya. Namun itu hanyalah anggapan orang awam yang mungkin tidak mengetahui esensi perpustakaan dan betapa pentingnya sebuah "gedung tua" itu di kehidupan kita. Ya, perpustakaan tentu memiliki bidang keilmuan tersendiri untuk pengelolaanya.


Oke, mengapa saya memilih Ilmu Perpustakaan sebagai studi saya? Awalnya, tidak pernah terbesit di benak saya untuk mempelajari ilmu ini. Saya masuk jurusan ini melalui sebuah jalur yang bernama SBMPTN ketika itu. Itupun sebagai pilihan terakhir yang tidak begitu saya prioritaskan. Namun, seakan takdir sudah mengarahkan saya ke jurusan ini, saya terdepak dari jurusan yang saya inginkan dan berakhir di jurusan ini. Terpukul? Sudah jelas. Motivasi dari orang tua lah yang membangkitkan semangat untuk tetap melanjutkan. Lambat laun, saya menjadi mengerti bahwa saya tidak salah untuk menekuni jurusan ini.

Mungkin bagi sebagian orang, Ilmu Perpustakaan hanya sebatas menata buku di rak saja. Tidak se sederhana itu. Di Ilmu Perpustakaan, kita diajarkan berbagai macam bidang keilmuan semisal Teknologi Informasi, Manajemen, sampai Statistik. Sangat universal. Terlebih di bidang teknologi, bagaimana cara agar katalog yang biasanya masih menggunakan katalog kartu kita ubah menjadi katalog digital (otomasi perpustakaan). Dengan menggunakan teknologi ini, pengunjung perpustakaan akan lebih dimudahkan dalam melakukan temu kembali informasi. Kita juga diajarkan mengenai Ilmu Manajemen, bagaimana kita dididik untuk mengetahui sistem manajerial yang baik bagi perpustakaan. Begitu juga dengan Statistik, kita diajarkan untuk mengetahui rata-rata jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan. Semakin banyak orang yang datang ke perpustakaan, maka semakin bisa dikatakan sukses perpustakaan tersebut. Statistik ini sangat erat kaitannya dengan bidang teknologi.

Prospek yang menjanjikan di dunia kerja pun menjadi alasan saya mengurungkan niat untuk menyesali masuk ke dunia perpustakaan ini. Bagaimana tidak, zaman sekarang tidak ada instansi yang tidak membutuhkan perpustakaan. Tenaga pustakawan yang berkompeten pun seakan masih langka dan sangat dibutuhkan dimana-mana. Mulai dari yang swasta sampai ke instansi pemerintah. Bahkan sebelum lulus pun jika mahasiswa itu pro aktif, tawaran kerja untuk pengolahan perpustakaan pasti akan datang silih berganti. Oleh karena itu, janganlah risau dengan prospek di dunia kerja besok.

Alasan lain saya sangat menikmati di Ilmu Perpustakaan ini adalah saya seperti mendapatkan keluarga baru. Teman-teman yang menyenangkan sudah pasti. Namun, tengoklah organisasi yang ada di kampus saya yang bernama ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (alus.or.id). Di organisasi ini saya mendapatkan apa yang tidak didapatkan di perkuliahan, tentunya masih dalam lingkup perpustakaan dan literasi. Organisasi ini sangat menunjang kompetensi di bidang kepustakawanan, juga menjembatani untuk bisa menambah relasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perpustakaan. Semisal, melalui organisasi ini saya jadi mengenal orang-orang di BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah). Tambahan relasi ini sangatlah diperlukan untuk mempersiapkan kita untuk terjun di dunia kerja. Sangat menyenangkan.
pict by Incunabula Zine

Mungkin bagi calon-calon mahasiswa baru, sebaiknya anda mulai mempertimbangkan Ilmu Perpustakaan. Jangan hanya menuruti gengsi dengan jurusan yang terkesan lebih prestis namun ketika lulus? Nol besar.
Melalui Ilmu Perpustakaan pula, kita juga turut ikut andil dalam mencerdaskan bangsa. Karena kemajuan sebuah bangsa yang pertama kali dilihat adalah bagaimana kualitas perpustakaan tersebut.  Oleh sebab itu, haruskah Ilmu Perpustakaan? Harus!