Selasa, 26 Mei 2015 bertempat di gelanggang ESKA, menjadi
awal dibukanya salah satu kegiatan yang mungkin paling ditunggu-tunggu
mahasiswa Ilmu Perpustakaan pada khususnya. Ya, tepat di hari ini pameran
literasi mahasiswa ilmu perpustakaan resmi dibuka. Pameran literasi ini
diadakan guna memenuhi tugas salah satu mata kuliah Informasi Dalam Konteks
Sosial (IDKS), salah satu mata kuliah ilmu perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang
diampu oleh Ibu Labibah. Antusias para mahasiswa sudah sangat terasa bahkan
sebelum pameran diadakan. Terbukti dengan matangnya persiapan yang dilakukan
jauh-jauh sebelum acara dimulai. Bambu bekas, banner bekas, dan pernak-pernik
lainnya membuktikan bahwa mahasiswa ilmu perpustakaan mempunyai kreativitas
tersendiri, dan tidak melulu mengatur tentang hal-hal yang berbau buku.
Pameran literasi pada tahun ini mengusung tema tentang “Dolanan
Anak”. Tema yang sagat menarik jika melihat realita zaman sekarang mengenai
dolanan (mainan) anak-anak. Dimana pada zaman sekarang ini, bahkan anak usia
balita pun sudah mahir memainkan gadget nya. Hal yag sangat ironis memang,
dolanan anak tradisional sudah lambau laun tergeser dengan derasnya arus
teknologi yang kian modern. Esensi nya, dolanan anak tradisional mengajarkan
anak-anak untuk bisa bekerja sama dengan anak seusianya, mengajarkan
bersosialisasi, dan unsur olahraga pun juga terkandung dalam dolanan anak
tradisional. Tidak seperti sekarang, anak-anak seakan sudah menjadi generasi
menunduk yang setia memandang layar gadgetnya dan seakan malas bersosialisasi
dengan dunia luar. Maka dari itu pameran literasi IDKS dengan tema dolanan anak
pun didakan. Harapan diadakannya acara ini adalah mengenalkan kembali serta
mensosialisasikan kembali berbagai macam dolanan tradisional kepada anak-anak,
agar anak di era seperti sekarang ini menjadi generasi yang aktif berinteraksi
dengan dunia luar.
Hari pertama pameran literasi berjalan cukup ciamik. Sebanyak
10 stand berusaha mempresentasikan
berbagai macam dolanan anak tradisional yang menjadi materi mereka. Diantaranya
adalah benthik, gobak sodor, boi-boinan, gangsing, egrang, yoyo, dan lan
sebagainya. Antusias dari pengunjung pun begitu luar biasa. Mereka begitu
tertarik dengan permainan-permainan yang disuguhkan. Bahkan sempat diadakannya
lomba balap egrang. Hal yang mungkin sangat unik melihat peserta lomba egrang
berusaha menyeimbangkan egrangnya agar berjalan dengan cepat. Anak-anak dari TK
dan PAUD pun berhasil didatangkan untuk meramaikan setiap stand yang ada. Mereka
juga begitu antusias dengan permainan-permainan yang dikenalkan oleh
kakak-kakak mahasiswa ilmu perpustakaan ini. Anak-anak silih berganti mencoba
setiap stand yang ada. Kegiatan ini sudah cukup membangkitkan gairah anak-anak
sekarang bahwa terdapat berbagai macam dolanan tradisional yang tak kalah
mempunyai nilai lebih dibanding gadget yang selama ini mereka genggam.
Acara berikutnya adalah Show
and Tell. Kegiatan ini diisi oleh perwakilan tiap-tiap stand untuk
mempresetasikan bagian-bagian yang ada di perpustakaan UIN Snan Kalijaga, mulai
dari Difabel Corner, Carrel room, book drop, dan lain sebagainya. Yang unik
dari Show and Tell kali ini adalah tiap peserta diwajibkan mempresentasikan
materinya dalam bentuk bahasa Inggris. Meskipun bukan dari jurusan yang
berbahasa Inggris, anak-anak Ilmu perpustakaan mampu mempresantasikan dalam
bentuk bahasa Inggris dengan lancar, bahkan bisa dikatakan cukup fasih. Itulah sedikit
kehebatan dari anak-anak Ilmu perpustakaan, mereka mampu menguasai beberapa
cabang ilmu pengetahuan.
Acara yang terakhir adalah perform dari peserta stand. Peserta
diwajibkan menampilkan kreativitasnya dalam bentuk apapun dan persiapan yang
hanya hitungan menit. Namun, para peserta tetap berhasil menyuguhkan
kreatvitasnya dengan persiapan yang begitu sempit. Ada yang menampilkan
nyanyian secara akustik bahkan dangdut, tarian tradisional, pencak silat, dan
yang lebih membuat para peserta lebih terasa speechless adalah ketika salah satu peserta menampilkan puisi
dengan bahasa isyarat. Ya, karena memang pembaca puisi tersebut adalah sorang
yang menyandang disabilitas. Dengan prinsip “Aku Bisa, Kamu Bisa, Kita Sama” kekurangan
tersebut tidak menjadi peghalang baginya untuk tetap berkarya dalam bentuk
apapun. Dengan seorang penerjemah di depan, perform mereka banyak mengundang
apresiasi dari para peserta.
Acara tersebut menjadi akhir dari agenda pameran IDKS di hari
pertama. Pameran hari kedua dan sekaligus menjadi pameran hari terakhir di IDKS
2015 masih menunggu esok hari, dengan materi materi yang mungkin akan lebih
mengejutkan dari haru pertama. Just see
and wait for tomorrow;)
0 comments:
Post a Comment