Perpustakaan, bicara mengenai perpustakaan, sudah berapa sering kah intensitas kalian berkunjung ke perpustakaan? Apakah sebatas berkunjung ke perpustakaan sekolah atau universitas? Sebagai mahasiswa yang bergerak di bidang literasi dan masyarakat yang literate, sudah seharusnya kita mengunjungi perpustakaan dengan taraf yang lebih tinggi. Bukan bermaksud untuk mengesampingkan perpustakaan-perpustakaan yang lain, namun alangkah lebih baiknya kalau kita mengetahui bahwasaya di negara ini terdapat induk perpustakaan yang mungkin lebih besar. Ya, seperti kita ketahui, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Beberapa waktu yang lalu, Jum'at (13/3) saya bersama teman-teman yang kebetulan didalam wadah organisasi yang sama, yakni ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan berkesempatan untuk mengunjungi Perpustakaan Nasional. Berjumlah 10 orang termasuk saya, kami berangkat bersama secara mandiri. Motivasi kami sederhana, hanya ingin mengetahui seberapa wah nya perpustakaan yang di gadang-gadang sebagai induk perpustakaan di negeri ini. Sekitar pukul 17.00 kami berangkat dari stasiun Lempuyangan.
Perjalanan dari Yogyakarta sampai Jakarta memakan waktu kurang lebih 8 jam. Tepat hari Sabtu kami tiba di Jakarta, namun sangat disayangkan Perpustakaan Nasional yang ada di Jl Merdeka Selatan sedang ditutup dengan alasan perbaikan. Tak jadi masalah, kami tetap dapat berkunjung ke Perpusnas yang ada di Jl. Salemba Raya 28A. Subuh kami sempatkan istirahat sejenak di masjid Istiqlal serta menunaikan kewajiban. Selepas dari masjid Istiqlal kami juga menyempatkan berkunjung sebentar ke Monumen Nasional (Monas). Sebagai formalitas karena kata orang kalau ke Jakarta belum ke Monas berarti belum ke Jakarta. Setelah ke Monas, tidak serta merta kai langsung ke tujuan utama. Kami masih sibuk mengelilingi kota metropolitan ini. Dengan Trans Jakarta kami dibawa berkeliling mengitari kota yang bisa dikatakan sebagai kota tersibuk Indonesia.
Setelah puas bermain-main, kami langsung menuju ke tujuan utama, yakni Perpusnas Jl. Salemba Raya 28A. Sesampainya disana, benar saja kalau tempat ini dikatakan sebagai perpustakaan yang berstandar nasional. Tempat yang luas dan nyaman adalah yang terpikirkan ketika masuk pertama kali. Sebanyak 7 lantai ada di perpustakaan ini.
a, Lantai 1 (Layanan Koleksi Majalah, Surat Kabar, dan Jurnal Mutakhir)
b. Lantai 2 (Koleksi Peta dan Lukisan, Katalog)
c. Lantai 3 (Layanan Koleksi Ilmu Sosial dan Humaniora dan Ilmu Terapan)
d. Lantai 4 (Layanan Koleksi Audio Visual)
e. Lantai 5 (Naskah-naskah Kuno)
f. Lantai 6 (Koleksi Langka)
g. Lantai 7 (Koleksi Kliping)
Banyak hal yang menarik dan pelajaran yang kami dapatkan dari kunjungan ke Perpusnas kali ini, salah satunya adalah jangan melulu terkotak dengan perpustakaan yang "itu-itu saja". Sesekali sempatkan lah mengunjungi gudang pengetahuan yang cakupannya lebih besar, meskipun tak di pungkiri bahwa Perpusnas masih bisa dikatakan "kurang" jika dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan di negara maju lainnya. Namun, untuk bisa menjadi perpustakaan yang lebih maju, kita tidak bisa serta merta membandingkan dengan perpustakaan yang ada di negara maju, karena semua butuh yang namanya step by step untuk dapat melangkah kearah yang lebih baik. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Beberapa waktu yang lalu, Jum'at (13/3) saya bersama teman-teman yang kebetulan didalam wadah organisasi yang sama, yakni ALUS Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan berkesempatan untuk mengunjungi Perpustakaan Nasional. Berjumlah 10 orang termasuk saya, kami berangkat bersama secara mandiri. Motivasi kami sederhana, hanya ingin mengetahui seberapa wah nya perpustakaan yang di gadang-gadang sebagai induk perpustakaan di negeri ini. Sekitar pukul 17.00 kami berangkat dari stasiun Lempuyangan.
Perjalanan dari Yogyakarta sampai Jakarta memakan waktu kurang lebih 8 jam. Tepat hari Sabtu kami tiba di Jakarta, namun sangat disayangkan Perpustakaan Nasional yang ada di Jl Merdeka Selatan sedang ditutup dengan alasan perbaikan. Tak jadi masalah, kami tetap dapat berkunjung ke Perpusnas yang ada di Jl. Salemba Raya 28A. Subuh kami sempatkan istirahat sejenak di masjid Istiqlal serta menunaikan kewajiban. Selepas dari masjid Istiqlal kami juga menyempatkan berkunjung sebentar ke Monumen Nasional (Monas). Sebagai formalitas karena kata orang kalau ke Jakarta belum ke Monas berarti belum ke Jakarta. Setelah ke Monas, tidak serta merta kai langsung ke tujuan utama. Kami masih sibuk mengelilingi kota metropolitan ini. Dengan Trans Jakarta kami dibawa berkeliling mengitari kota yang bisa dikatakan sebagai kota tersibuk Indonesia.
Setelah puas bermain-main, kami langsung menuju ke tujuan utama, yakni Perpusnas Jl. Salemba Raya 28A. Sesampainya disana, benar saja kalau tempat ini dikatakan sebagai perpustakaan yang berstandar nasional. Tempat yang luas dan nyaman adalah yang terpikirkan ketika masuk pertama kali. Sebanyak 7 lantai ada di perpustakaan ini.
a, Lantai 1 (Layanan Koleksi Majalah, Surat Kabar, dan Jurnal Mutakhir)
b. Lantai 2 (Koleksi Peta dan Lukisan, Katalog)
c. Lantai 3 (Layanan Koleksi Ilmu Sosial dan Humaniora dan Ilmu Terapan)
d. Lantai 4 (Layanan Koleksi Audio Visual)
e. Lantai 5 (Naskah-naskah Kuno)
f. Lantai 6 (Koleksi Langka)
g. Lantai 7 (Koleksi Kliping)
Banyak hal yang menarik dan pelajaran yang kami dapatkan dari kunjungan ke Perpusnas kali ini, salah satunya adalah jangan melulu terkotak dengan perpustakaan yang "itu-itu saja". Sesekali sempatkan lah mengunjungi gudang pengetahuan yang cakupannya lebih besar, meskipun tak di pungkiri bahwa Perpusnas masih bisa dikatakan "kurang" jika dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan di negara maju lainnya. Namun, untuk bisa menjadi perpustakaan yang lebih maju, kita tidak bisa serta merta membandingkan dengan perpustakaan yang ada di negara maju, karena semua butuh yang namanya step by step untuk dapat melangkah kearah yang lebih baik. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).